Info Terbaru 2022

Tari Ratoh Duek Aceh Bukan Tari Saman

Tari Ratoh Duek Aceh Bukan Tari Saman
Tari Ratoh Duek Aceh Bukan Tari Saman
Tari Ratoh Duek  | Tari Daerah Aceh yang sangat khas dan sudah dikenal hingga ke Mancanegara. Bahkan tarian ini telah diakui dan dicatat oleh UNESCO sebagai Intangible Elements of World Cultural Heritage pada tanggal 24 November 2011. Tarian tersebut dikenal dengan Tari Saman dan Sobat sanggup mengetahui sejarah Tari Saman di blog ini.

Namun tahukah Sobat kalau ada sebuah tarian yang berasal dari Aceh, namun banyak orang mengira tarian tersebut ialah Tari Saman. Padahal tarian ini bukan Tari Saman, melainkan Tari Ratoh Duek.

Seperti apa Tari Ratoh Duek ini hingga sering disangka dan disamakan dengan Tari Saman? Pada kesempatan ini TradisiKita akan mengupas mengenai Tari Ratoh Duek, mulai dari sejarah, pertunjukan tariannya hingga perbedaan tari ratoh duek dengan tari saman.

Tari Ratoh Duek

 Sobat Tradisi niscaya sudah mengetahui ada  Tari Ratoh Duek Aceh Bukan Tari Saman
Tari Ratoh Duek

Tarian Ratoh Duek ialah sebuah tarian banyak macam yang berpola tradisional. Tarian Ratoh Duek ialah adonan dari tiruana tarian tradisional yang dimainkan sambil duduk yang telah dikombinasi. Tarian Ratoh Duek pada umumnya disajikan dalam posisi duduk berbanjar, dan dikompliti dengan perubahan referensi lantai, disamping itu gerak tangan dan pukulan telapak tangan di paha dan di dada masing-masing diselaraskan dengan syair


Penamaan Tari Ratoh Duek ini merupakan kombinasi kata Ratoh dan Duek. Ratoh berasal dari bahasa Arab rateb/ratip yang artinya melaksanakan puji-pujian dan doa kepada Allah SWT dan Nabi melalui syair yang diiramakan/dinyanyikan, sedangkan duek berasal dari bahasa Aceh yang artinya duduk.

Makara Ratoh Duek ialah acara kesenian yang mengandung arti ibadah dan di lakukan secara duduk. Ratoh Duek ditarikan oleh perempuan, dengan dibantu alat musik Aceh berjulukan Rapai, dimainkan oleh laki-laki di luar penari. Ratoh Duek dinyanyikan oleh syeh yang melantukan syair berupa pantun masukan. Gerakan dari tari ini tidak jauh berbeda dengan tari saman yang ludang keringh dikenal oleh masyarakat.

Asal Usul Tari Ratoh Duek


Tari Saman dan Tari Ratoh Duek merupakan jenis tarian yang sejenis. Sobat sanggup membaca kembali sejarah tari SamanKadab tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia, maka semenjak itu Tari Saman dihentikan untuk dibawakan oleh wanita, Tari Saman hanya boleh dibawakan oleh para lelaki dengan menggunakan pakaian Khas Gayo. Maka semenjak dikala itu, Tarian saman yang biasa dimainkan cukup umur putri di pesisir berkembang menjadi ratoh duek.

Perbedaan Tari Saman dan Ratoh Duek


Walupun berasal dari satu tarian yang sejenis, namun kedua tarian ini mempunyai perbedaan yang cukup sama. Sehingga seharusnya masyarakat Indonesia tidak akan keliru menyatakan Tari Ratoh Duek sebagai Tari Saman.

Berikut ini klarifikasi mengenai beberapa perbedaan tari saman dengan tari ratoh duek :
  • Perbedaan pertama yang sangat mencolok ialah bahwa Tari Saman tidak ditarikan wanita, melainkan hanya laki-laki dengan jumlah ganjil. Sedangkan Tari Ratoh Duek seluruhnya ditarikan perempuan dengan jumlah genap. Tari Ratoh Duek dikendalikan oleh dua orang syahi (penyanyi syair di luar gugusan duduk penari), sedangkan Tari Saman dikendalikan oleh seorang penangkat yang duduk di dalam gugusan paling tengah. Syair Tari Saman selalu menggunakan Bahasa Gayo, sedangkan syair Tari Ratoh Duek menggunakan Bahasa Aceh.
  • Tari Saman dibagi dalam beberapa gerakan atau belahan utama dalam posisi duduk; rengum, dering, salam, uluni lagu, lagu, anakni lagu dan penutup. Rengum merupakan belahan pembuka dari tari berupa auman yang belum berbentuk kata, dering ialah lanjutan auman yang sudah mempunyai kata-kata, salam ialah pemdiberian salam kepada yang muncul atau orang lain yang dihormati, uluni lagu gerakan lambat sebelum guncang keras, lagu ialah gerakan yang mempunyai banyak variasi, dan anakni lagu berupa gerakan ringan yang kadang kala terjadi selang-seling. Syair pun dibawakan dalam tiga bagian; sek, redet dan saur. Sek merupakan alunan bunyi keras yang merdu dengan nada khas, redet ialah syair yang dinyanyikan oleh seorang penari (penangkat) dan saur yang merupakan nyanyian bersama oleh tiruana penari.
  • Ratoh Duek ditarikan dalam bentuk yang ludang keringh sederhana. Maksudnya, gerakan dalam posisi duduk hanya terdiri dari gerakan tangan menepuk dada dan paha, gelengan kepala ke kanan dan ke kiri, gerakan duduk dan berlutut serta mempersilangkan jari dengan penari di sebelahnya yang dilakukan dengan urutan yang ludang keringh fleksibel, sanggup berubah dan dibanyak macamkan sewaktu-waktu. Namun demikian, tari selalu dibuka dengan salam. Syair pun hanya dinyanyikan sebagaimana biasa tanpa ada bentuk gumaman. Syair yang dibawakan hanya berupa nyanyian yang dibawakan oleh syahi dan kemudian disahut dan diikuti oleh seluruh penari lainnya.
  • Hal lain yang membedakan Tari Saman dengan Tari Ratoh Duek ialah kemunculan musik pengiring. Tari Saman tidak pernah diiringi oleh alat usik tradisional Aceh apa pun, sedangkan Tari Ratoh Duek acap kali ditemani oleh iringan rapai.
  • Ludang keringh dari itu, terdapat perbedaan yang mencolok pada kostum. Kostum penari Saman ialah pakaian tradisional Aceh yaitu berasal dari Suku Gayo yang disebut baju kantong dengan motif kerawang (pakaian dasar hitam dengan motif warna kuning, merah dan hijau) dan di kepala digunakan bulang teleng yang disertai daun kepies (saat ini sudah sullit ditemukan sehingga sering diganti dengan daun pandan). Tari Saman selalu membuka bulang teleng sehabis gerakan mulai kencang dan memakainya kembali sehabis selesai.
  • Sementara penari Ratoh Duek menggunakan pakaian polos berwarna (dapat merah, kuning, hijau, dan warna lainnya) yang dipadu kain songket Aceh dan ikat kepala yang juga berwarna yang sanggup dimodifikasikan atau dibanyak macamkan (lihat gambar cover). Tari Ratoh Duek tidak pernah melepas ikat kepala semenjak awal hingga akhir.

Pertunjukan Tari Ratoh Duek

Ratoh duek ialah paduan gerak tari yang diberirama dan syairnya dinyanyikan dengan bunyi yang merdu antara sesama pemain (penari). Lagu dalam tarian ini terbagi menjadi tiga, yaitu: lagu syaidan, lagu lhök, dan tunang.

Lagu syaidan merupakan belahan pertama dari ratoh duek yang mengisahkan suatu kejadian dan uraian-uraian. Di samping ungkapan kisah-kisah yang merdu dan serempak untuk membentuk perpaduan irama lagu dan irama gerak yang sepadan, babak ini diiringi juga dengan gerak-gerak tangan, lenggak-lenggok badan, dan gelengan-gelengan kepala yang teratur, baik ke kiri maupun ke kanan, seluruhnya diselaraskan dengan irama dari syair-syair yang diucapkan.

Lagu lhök. Babak ini menampilkan atraksi lhök taloe. Di sinilah keistimewaan dan ciri khas tari ratoh duek. Sambil berlenggak-lenggok badan, ayunan-ayunan tangan dan gelengan-gelengan kepala yang dilakukan secara bersimpuh duduk, para penari mengatakan seni merangkai (lhök) tali sebagai salah satu perkomplitan tarian. Di antara para pemainnya, tali dirangkai-rangkaikan, diselang-seling dari tangan yang satu ke tangan yang lain, sehingga mirip bentuk rangka rumah, kapal, gunung, layangan, dan aneka ragam bentuk-bentuk yang lain. Lhök taloe (rangkain tali) mirip ini sangat rumit untuk menguraikannya kembali sebab pilinan-pilinan tersembunyi dan punca-punca tali yang dirahasiakan. Melepaskan kembali rangkaian-rangkaian tali yang rumit dari untaiannya yang tersembunyi itu dilakukan sambil memainkan tubuh dengan gerak tari, dan tali pun lepas sejengkal demi sejengkal, sehingga usai seluruhnya. Apabila tali telah terhampar kembali mirip tiruanla, babak kedua dianggap selesai dan di sinilah terletak kekaguman para penonton yang melihat kepakaran suatu kelompok ratoh duek.

Pada simpulan pertunjukan, lazimnya para pemain yang semenjak tadi berjumlah 50 hingga bahkan mendekati ratusan orang, menghentikan tiruana gerak aktifnya dan tinggal membisu tanpa peranan apa pun lagi. Tinggallah seorang saja di antara mereka yang menuntaskan babakan terakhir dari pertunjukan ini. Ia dengan syair-syair yang diiringi tarian mengucapkan dialog mengenai problem yang pelik-pelik.

Jika ditunangkan, maka kelompok yang dianggap juara dalam tunang (pertandingan) ialah yang sanggup memecahkan soal-soal yang diajukan oleh kelompok lawannya dan bisa menampilkan seni merangkai tali yang pelik-pelik. Jawaban-jawabanan yang didiberikan dengan lagu yang merdu tambah menarik dan meningkatkan skor kemenangan mereka.

Di dalam pertunjukan ratoh duek, sering pula pemainnya memerankan suatu lakon indah. Misalnya kepakaran meliukkan tubuh sampai-sampai kepala merendah ke belakang, memungut sesuatu benda dengan mata, mengambil uang ketip (sejenis mata uang yang sangat tipis) dengan mulut, dan aneka ragam kepakaran yang lain.

Kostum Penari Ratoh Duek


Tari Ratoh Duek ini biasanya ditarikan oleh beberapa penari perempuan yang berjumlah genap biasanya 8 hingga 12 penari. Para penari ini menggunakan Pakaian Tradisional Aceh yang cukup sederhana. Yaitu pakaian adatAceh yang telah dimodifikasi dengan menggunakan rias sederhana yang hanya mempercantik wajah dan tidak menggunakan properti apapun untuk mekompliti penyajian tariannya



Fungsi Tari Ratoh Duek


Tarian Ratoh Duek berfungsi sebagai media untuk memperkenalkan tarian tradisional Aceh di kancah Nasional dan sebagai sarana hiburan serta sarana pertunjukan untuk sanggup dipertontonkan pada suatu program atau pentas seni lainnya dan sanggup membuat sebuah kesinambungan sosial dalam masyarakat. 

Video Tari Ratoh Duek




Demikian Sobat Tradisi, Informasi mengenai Tari Ratoh Duek yang merupakan tari kawasan Aceh.

Referensi :
/search?q=kekayaan-budaya-aceh-3-ratoh-duek
Advertisement

Iklan Sidebar